AIR MATA CINTA
aku teteskan buih kejernihan dari kedua mataku.
mengalir lembut ketepian raut senduku.
apa ini?
ini bukan airmata,
tapi ini derita.
meneteskan lara,
dan membekaskan goresan luka didasar hatiku yang paling dalam.
bukan cinta saat ia mencoba tersenyum teduh menatap jauh kedalam mataku,
tapi lebih nampak seperti kekaguman akan besarnya cintaku.
bukan cinta saat ia menangis,
berlutut mengharapku ada disisinya,
tapi lebih nampak seperti penyesalan karna telah membuatku terluka.
tak pernah aku hidup dihatinya sebagai nyawa yang dicintai.
baginya aku hanyalah sehembus angin yang datang dan kan pergi begitu saja.
mungkin airmata ini tidak akan pernah mengering.
membekaskan sayatan yang semakin hari kan menyiksa.
tapi aku selalu berharap,
airmata ini kan selalu menjadi doa yang mengiringi setiap langkahnya,
dimanapun dia berada.
sampai ia sadar bahwa airmata yang ia injak-injak selama ini, begitu berharga.
dan aku akan melihat dia mencintaiku,
nanti.
hingga akhirnya,
dia menyadari bahwa aku telah tiada..........
Sabtu, 19 November 2011
Jumat, 04 November 2011
Puisi
Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku
Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi
Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas back to to
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku
Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi
Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas back to to
Langganan:
Postingan (Atom)